Mengapa Jamaah Diminta Shalat Arbain Di Madinah?

Shalat Arbain

Mengenal Shalat Arbain di Masjid Nabawi

Shalat Arbain adalah istilah yang cukup dikenal di kalangan jemaah haji dan umroh, khususnya bagi mereka yang berkunjung ke Kota Madinah. Istilah ini merujuk pada praktik melaksanakan shalat berjamaah sebanyak 40 waktu secara berturut-turut di Masjid Nabawi. 

Tradisi ini sudah berlangsung cukup lama dan menjadi semacam anjuran yang lazim dijalankan oleh sebagian besar jemaah dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Banyak biro perjalanan haji dan umroh yang bahkan memasukkan agenda Shalat Arbain dalam jadwal resmi ziarah ke Madinah. Lantas, mengapa shalat ini begitu dianjurkan dan menjadi bagian dari aktivitas spiritual para jemaah?

Dasar Anjuran dan Hukum Shalat Arbain dalam Fiqih

Shalat Arbain sendiri bukanlah kewajiban secara fiqih dalam ibadah haji maupun umroh. Tidak ada rukun atau syarat dalam manasik yang mengharuskan seseorang untuk melakukannya.

 Namun, anjuran ini berakar dari hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan lainnya, yang berbunyi: “Barang siapa yang shalat di masjidku sebanyak empat puluh shalat (dalam empat puluh waktu), tidak terlewat satu shalat pun, maka akan dicatat baginya keselamatan dari api neraka, keselamatan dari azab, dan terbebas dari kemunafikan.”

 Meskipun sebagian ulama mempersoalkan derajat keautentikan hadits tersebut, banyak yang menganggapnya memiliki makna anjuran dan keutamaan, bukan kewajiban yang mutlak.

Keutamaan Luar Biasa Shalat di Masjid Nabawi

Dari sisi spiritual, Shalat Arbain di Masjid Nabawi memiliki nilai yang sangat tinggi. Masjid ini merupakan salah satu dari tiga masjid yang disunnahkan untuk dikunjungi dan memiliki keutamaan luar biasa, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Janganlah kalian bersengaja melakukan perjalanan (untuk beribadah) kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjid Al-Aqsha.” 

Shalat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan yang tidak ditemukan di tempat lain, yakni lebih utama dari seribu shalat di masjid lainnya, kecuali di Masjidil Haram. Dengan demikian, mengisi waktu selama di Madinah dengan memperbanyak shalat berjamaah di Masjid Nabawi adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan.

Manfaat Disiplin dan Pembentukan Kebiasaan Ibadah

Selain aspek keutamaan, Shalat Arbain juga memberikan kesempatan kepada jemaah untuk berdisiplin dalam waktu dan ibadah. Dengan menargetkan untuk selalu hadir di Masjid Nabawi selama lima waktu sehari selama delapan hari berturut-turut, jemaah dilatih untuk hidup dalam kedisiplinan dan rutinitas ibadah yang teratur. 

Ini adalah bentuk latihan spiritual yang membentuk kebiasaan baik, meningkatkan kekhusyukan dalam shalat, serta memperkuat keterikatan hati dengan rumah ibadah yang mulia tersebut. Tidak sedikit jemaah yang merasakan ketenangan batin dan kedamaian luar biasa selama menjalankan Arbain, menjadikannya sebagai pengalaman rohani yang mendalam.

Bentuk Kecintaan dan Penghormatan kepada Rasulullah SAW

Lebih dari itu, kebiasaan Shalat Arbain juga menjadi bentuk kecintaan dan penghormatan kepada Rasulullah SAW, karena dilaksanakan di masjid yang menjadi pusat dakwah beliau dan tempat peristirahatan terakhirnya.

 Selama berada di Madinah, jemaah bukan hanya melaksanakan ibadah fisik, tetapi juga ziarah hati ke tempat-tempat bersejarah yang penuh makna, seperti Raudhah, makam Nabi, dan para sahabat beliau. Shalat berjamaah di tempat-tempat ini membawa nuansa keimanan yang tidak tergantikan, seolah menghidupkan kembali semangat Islam di masa Rasulullah.

Pentingnya Memahami: Arbain Bukan Kewajiban yang Membebani

Namun demikian, perlu dipahami bahwa Shalat Arbain tidak boleh dijadikan beban atau paksaan, apalagi sampai menimbulkan keletihan yang berlebihan bagi jemaah. Banyak dari mereka yang sudah lanjut usia atau memiliki keterbatasan fisik merasa tertekan karena ingin menyelesaikan Arbain, padahal kondisi tubuh mereka tidak memungkinkan. 

Dalam hal ini, para pembimbing ibadah dan petugas haji seharusnya memberikan pemahaman yang benar bahwa Shalat Arbain adalah ibadah yang sangat baik dan penuh keutamaan, namun tidak wajib secara hukum fiqih. Jika dilakukan dengan ikhlas dan dalam kondisi yang memungkinkan, insya Allah akan mendapatkan pahala yang besar. Tetapi jika tidak mampu, tidak perlu merasa bersalah atau berdosa.

Kesimpulan: Sarana Meraih Pahala, Bukan Tujuan Utama

Penting juga untuk diingat bahwa tujuan utama dari kunjungan ke Madinah adalah meneladani kehidupan Rasulullah SAW, memperkuat rasa cinta kepada beliau, dan memperdalam nilai-nilai Islam yang beliau ajarkan. 

Shalat Arbain hanyalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan tersebut, bukan satu-satunya cara. Oleh karena itu, pengalaman spiritual di Madinah harus dijaga agar tetap seimbang antara semangat beribadah dan menjaga kesehatan serta kebersamaan antarjemaah.

Secara keseluruhan, Shalat Arbain di Madinah merupakan praktik ibadah yang sangat baik untuk dilakukan selama ziarah ke Masjid Nabawi. Ia memberikan peluang besar untuk meraih pahala, memperdalam hubungan spiritual dengan Allah, dan memperkuat ikatan emosional dengan Rasulullah SAW. 

Selama dilakukan dengan niat yang tulus dan penuh kesadaran, Arbain akan menjadi kenangan yang membekas dalam hati serta menjadi bagian dari bekal rohani yang berharga dalam kehidupan seorang Muslim.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *