Apa Itu Sa’i? Ini Sejarah dan Tata Cara Singkat yang Wajib Diketahui Jamaah!

Suasana jemaah haji dan umroh saat melaksanakan sa’i di jalur antara bukit Shafa dan Marwah.

Apa Itu Sa’i dalam Ibadah Haji dan Umroh?

Kalau lo pernah ikut umroh atau haji, pasti udah nggak asing lagi sama istilah sa’i. Sa’i ini adalah salah satu rukun penting dalam dua ibadah besar itu, dan tanpa sa’i yang sah, umroh atau haji lo juga bisa jadi gak sah. 

Tapi buat yang belum pernah ke Tanah Suci atau baru belajar tentang rukun-rukun ibadah, bisa jadi masih bingung, “Sebenernya sa’i itu apaan sih?” Nah, artikel ini bakal ngebahas tentang apa itu sa’i, gimana sejarahnya, dan gimana tata cara pelaksanaannya, dijamin jadi makin paham dan siap kalau nanti dapet panggilan buat berangkat ke Mekkah.

Secara sederhana, sa’i itu adalah berjalan bolak-balik sebanyak tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang sekarang udah jadi bagian dalam kompleks Masjidil Haram. Meskipun sekarang udah difasilitasi dengan jalur marmer, eskalator, bahkan lintasan khusus buat kursi roda, ritual ini sebenernya punya latar belakang sejarah yang luar biasa menyentuh dan jadi pelajaran penting tentang keimanan dan ketulusan.

Sejarah Sa’i: Kisah Perjuangan Siti Hajar yang Menyentuh

Sejarah sa’i berawal dari kisah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim AS, yang ditinggal di padang pasir bersama anaknya, Nabi Ismail AS, yang masih bayi waktu itu. Nabi Ibrahim, atas perintah Allah, meninggalkan mereka di lembah gersang yang sekarang jadi kota Mekkah. 

Saat kehabisan bekal dan Ismail kehausan, Siti Hajar dengan panik berlari dari bukit Shafa ke Marwah dan sebaliknya, sebanyak tujuh kali, nyari air demi nyelametin anaknya. Dan dari usaha keras itu, dengan izin Allah, memancarlah air zamzam dari bawah kaki Ismail. 

Kisah perjuangan seorang ibu yang gak nyerah dan percaya penuh sama Allah ini akhirnya dijadikan bagian dari rukun ibadah haji dan umroh yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang datang ke Tanah Suci.

Makna Spiritual di Balik Setiap Langkah Sa’i

Nah, dari kisah itu, sekarang ritual ini dijadikan sebagai simbol usaha, kesabaran, dan keyakinan kepada Allah. Ketika lo jalan dari Shafa ke Marwah, lo nggak cuma ngelakuin aktivitas fisik aja, tapi juga mengingat perjuangan luar biasa seorang wanita dalam kondisi sangat sulit. Lo dibikin mikir, bahwa dalam hidup ini, gak ada usaha yang sia-sia kalau dijalani dengan niat yang tulus dan penuh kepercayaan kepada Allah.

Tata Cara Pelaksanaan Sa’i dari Shafa ke Marwah

Soal tata caranya, sebenernya ritual ini cukup mudah dipahami, walaupun butuh stamina karena harus bolak-balik sepanjang sekitar 400 meter, tujuh kali. Jadi dimulai dari bukit Shafa, lo niatkan buat melakukan sa’i sebagai bagian dari ibadah umroh atau haji lo. Dari sana, lo mulai jalan menuju bukit Marwah. Itu dihitung satu kali. Lalu balik lagi ke Shafa, itu jadi yang kedua. 

Begitu seterusnya sampai lo berakhir di Marwah sebagai putaran ketujuh. Di sepanjang jalur itu, ada bagian khusus yang dikasih lampu hijau. Di bagian itu, buat laki-laki disunnahkan untuk lari-lari kecil atau joging. Sedangkan perempuan tetap jalan biasa. Bagian itu adalah representasi dari lari kecilnya Siti Hajar yang semakin panik saat gak melihat bayinya dari kejauhan.

Pengalaman Batin dan Suasana Sa’i di Era Modern

Selama menjalankan ritual ini, lo bisa sambil dzikir, baca doa, atau sekadar refleksi diri. Ini adalah waktu yang sangat tepat buat ngobrol lebih dalam sama diri sendiri dan Allah. Gak sedikit juga yang sambil melaksanakannya malah nangis sendiri, karena kebawa suasana dan sadar betapa kecilnya manusia di hadapan Allah.

Kadang, ibadah ini bukan cuma soal kaki yang melangkah, tapi hati yang sedang menuju makna. Di setiap langkahnya, ada pelajaran soal perjuangan, soal pengorbanan, dan soal keyakinan yang gak pernah goyah meskipun situasi lagi gak masuk akal.

Yang menarik, meskipun sekarang ritual ini bisa dilakukan di dalam bangunan modern, lengkap dengan AC, lift, dan penerangan, esensi spiritualnya tetap kerasa. Apalagi kalau lo melakukannya di malam hari, suasana lebih tenang, dan lo bisa bener-bener khusyuk ngeresapi setiap langkahnya. Meski kadang capek dan kaki mulai pegal, tapi justru dari rasa itu lo ngerasa lebih dekat sama kisah perjuangan yang jadi dasar ritual ini.

Kesimpulan: Sa’i Bukan Sekadar Ritual, Tapi Pelajaran Keimanan

Jadi, intinya sa’i bukan sekadar formalitas atau ritual biasa. Sa’i adalah bentuk penghormatan dan penghayatan terhadap sejarah luar biasa dari seorang perempuan hebat yang yakin bahwa pertolongan Allah akan datang meskipun dia sedang sendiri di tengah padang pasir. 

Lo yang sekarang ngelakuin sa’i dengan segala kenyamanan, harusnya bisa lebih bersyukur dan lebih memahami makna di balik setiap langkah yang lo ambil. Karena ibadah itu bukan cuma tentang selesai atau nggaknya, tapi tentang apa yang lo rasain dan pelajarin di setiap prosesnya.

 Sa’i mengajarkan kita buat gak pernah berhenti berusaha, meskipun hasilnya belum kelihatan, karena pertolongan Allah bisa datang dari arah yang gak disangka-sangka, kayak zamzam yang keluar dari tanah tandus cuma karena keikhlasan seorang ibu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *