
Pengertian dan Waktu Pelaksanaan Hari Nahr
Hari Nahr merupakan salah satu momen paling sakral dan bersejarah dalam pelaksanaan ibadah haji. Istilah “Nahr” sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti “menyembelih”. Maka, secara harfiah Hari Nahr adalah hari penyembelihan hewan kurban, yang dilakukan sebagai bagian dari ritual puncak ibadah haji.
Hari ini jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah, bersamaan dengan hari raya Idul Adha yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Namun, bagi jemaah haji yang berada di Tanah Suci, Hari Nahr bukan hanya hari perayaan, melainkan momentum penting dalam rangkaian manasik haji yang memiliki banyak dimensi ibadah dan spiritualitas.
Rangkaian Amalan Utama pada Hari Nahr (Yaum al-Hajj al-Akbar)
Pada Hari Nahr, jemaah haji melaksanakan serangkaian amalan yang menjadi inti dari ibadah haji itu sendiri. Rangkaian ini meliputi pelontaran jumrah Aqabah di Mina, penyembelihan hewan hadyu sebagai bentuk pengorbanan kepada Allah, tahallul atau mencukur rambut sebagai tanda keluar dari sebagian larangan ihram, dan thawaf ifadah di Masjidil Haram.
Semua amalan ini dilakukan dalam satu hari, atau jika tidak memungkinkan, dapat dilanjutkan di hari-hari tasyrik berikutnya, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Oleh karena itu, Hari Nahr juga disebut sebagai Yaum al-Hajj al-Akbar, yaitu hari haji yang paling agung, karena seluruh rukun dan wajib haji berpusat pada waktu tersebut.
Makna di Balik Setiap Ritual Puncak Haji
1. Melempar Jumrah Aqabah: Simbol Melawan Godaan
Makna Hari Nahr sangat dalam dan menyentuh sisi spiritual umat Islam. Saat jemaah melempar jumrah Aqabah, mereka tidak sekadar melempar batu ke sebuah tiang, tetapi secara simbolis sedang melempar godaan syaitan yang ingin menggagalkan ketaatan mereka kepada Allah.
Ini merujuk pada peristiwa ketika Nabi Ibrahim AS digoda setan dalam perjalanannya melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putranya, Ismail AS. Nabi Ibrahim menolak godaan tersebut dengan melempar batu, dan tradisi ini diabadikan dalam lempar jumrah sebagai bentuk keteguhan iman.
2. Menyembelih Hewan Kurban: Wujud Ketaatan Total
Setelah itu, jemaah melanjutkan dengan menyembelih hewan kurban sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Ini kembali merujuk pada kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, di mana Allah menggantikan putra Nabi Ibrahim dengan seekor kambing sebagai bentuk ujian dan penghargaan atas kepatuhan beliau.
Penyembelihan hewan pada Hari Nahr menjadi wujud nyata dari sikap pengorbanan dan penyerahan total kepada kehendak Allah. Ia mengajarkan kepada umat Islam bahwa ridha Allah adalah tujuan utama, bahkan jika itu harus mengorbankan sesuatu yang sangat berharga.
3. Tahallul: Tanda Penyucian Diri
Selanjutnya adalah tahallul, yaitu mencukur rambut bagi laki-laki atau memotong sedikit rambut bagi perempuan. Tindakan ini menjadi simbol penyucian diri dan pelepasan dari sebagian larangan ihram. Ia melambangkan penyegaran jiwa, bersihnya diri dari dosa, dan awal dari fase kehidupan yang baru setelah menuntaskan perjuangan spiritual dalam haji.
Tahallul juga menjadi tanda bahwa jemaah telah menyelesaikan sebagian besar rangkaian haji dan kini diperbolehkan kembali melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang saat dalam keadaan ihram, kecuali hubungan suami istri yang baru dibolehkan setelah thawaf ifadah.
4. Thawaf Ifadah: Puncak Penghambaan di Baitullah
Rangkaian puncak haji pada Hari Nahr ditutup dengan thawaf ifadah, yakni mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali sebagai bentuk penghambaan dan cinta kepada Allah. Ini adalah salah satu rukun haji yang wajib dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan.
Thawaf ini menjadi momen spiritual yang sangat menggetarkan, karena dilakukan setelah jemaah menyelesaikan berbagai ritual besar lainnya dan kini kembali ke pusat ibadah, yaitu Baitullah. Banyak jemaah yang larut dalam tangis haru saat melakukan thawaf ini karena merasakan betapa besarnya kasih sayang Allah yang telah memperkenankan mereka menunaikan haji dan menyelesaikannya dengan sempurna.
Kesimpulan: Hari Nahr sebagai Tonggak Perubahan Hidup
Hari Nahr bukan hanya momentum ritual, tetapi juga momen refleksi yang sangat dalam. Ia mengajarkan makna pengorbanan, keikhlasan, ketaatan, dan kepasrahan yang sejati kepada Allah SWT. Seluruh rangkaian amal yang dilakukan pada hari itu mengandung simbolisme yang sangat kuat tentang bagaimana seharusnya seorang hamba bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Menolak godaan, berkorban demi ketaatan, membersihkan diri, dan selalu kembali kepada Allah dalam segala keadaan adalah nilai-nilai yang terus dibawa jemaah haji setelah mereka pulang ke tanah air.
Dengan demikian, Hari Nahr memiliki posisi yang sangat penting dalam ibadah haji. Ia merupakan titik kulminasi dari seluruh perjalanan spiritual yang dilalui jemaah sejak niat ihram hingga saat itu.
Kesungguhan dalam menjalankan setiap tahapannya akan menentukan kualitas dan penerimaan haji seseorang. Maka dari itu, persiapan ilmu, mental, dan spiritual sangat diperlukan agar Hari Nahr tidak hanya menjadi momen ritual, tetapi juga menjadi tonggak perubahan hidup menuju keimanan yang lebih kuat dan kehidupan yang lebih bermakna.